Dalam Perjanjian Lama (dikaitkan dengan Taurat) dan Perjanjian Baru (dikaitkan dengan Injil) tidak terdapat informasi mengenai Nabi Isa berbicara saat beliau masih dalam buaian, atau dalam kata lain, berbicara saat masih bayi sebagai mukjizat yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada beliau, alaihissalam.
Informasi ini hanya terdapat di dalam Al Quran dan tidak ada dalam “kitab suci resmi” umat Kristen pada hari ini. Kitab Suci umat Kristen yang diakui secara resmi berjumlah 27 kitab, 4 di antaranya kanonik dan selebihnya disebut sebagai “kitab yang diilhami Roh Kudus”.
Apa itu kanonik (canonical)? Ia merujuk pada 4 kitab; Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Selain kanonik yang empat itu, diakui juga 23 Injil lainnya yang dipandang oleh Kristen sebagai “diilhami oleh Roh Kudus”. Mereka adalah Para Rasul (Acts of Apostles), 14 kitab Injil Surat-Surat Paulus (Epistles of Paul), 7 kitab Surat-Surat Katolik (Catholic Epistles), dan Kitab Wahyu (Book of Revelation).
Tidak ada satupun kitab-kitab “resmi” tersebut yang memuat kisah Nabi Isa yang berbicara dalam buaian. Satu-satunya “gospel” yang memuat mukjizat Nabi Isa berbicara dalam buaian terdapat dalam manuskrip bernama Injil al Tufuliyah, atau The Arabic Gospel of the Infancy of the Saviour, atau disebut juga the First Gospel of Infancy. Namun demikian, Injil tersebut digolongkan sebagai apocrypha.
Lalu apa apocrypha itu?
Apocrypha adalah sebutan bagi seluruh manuskrip bibel yang ada sejak sebelum era Yesus pada abad 3 SM, mencakup masa Yesus dan Nasrani era awal (early Christian), hingga Konsili Nicea tahun 325 M. Maka apocrypha juga menyentuh aspek keagamaan agama Yahudi. Meski manuskrip-manuskrip itu muncul di generasi-generasi awal Nasrani, di kemudian hari manuskrip yang jumlahnya 40 kitab itu dianggap tidak otentik atau diragukan keotentikannya, bahkan dipandang sebagai bid’ah selepas Konsili Nicea, termasuk oleh Eusebius dan Paus Gelasius. Namun demikian, sebagian mereka menganggap apocrypha dapat dijadikan referensi sejarah dan hal-hal berkaitan dengan etika. Konsili Nicea ini kemudian milestone bagi berkembangnya keyakinan trinitas sebagai keyakinan mainstream (ortodoks), dimana sebelum Konsili tersebut, trinitas masih berupa embrio (proto-ortodoks) yang tidak terdapat di era Nasrani awal. Karena tergolong apocrypha, maka Injil al Tufuliyah ini tidak dimasukkan ke dalam 27 kitab resmi kaum Nasrani “modern”, terlebih lagi ke dalam 4 kitab kanon (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes).
Apocrypha sendiri berasal dari bahasa Latin abad pertengahan yang artinya “sesuatu yang disingkirkan” atau “sesuatu yang tersembunyi”. Terdapat sekitar 40 manuskrip “bibel” apocrypha yang seringkali sebagian informasi di dalamnya mengundang kontroversi, termasuk “mukjizat Yesus” serta paralelnya dengan Al Quran.
Berikut beberapa nama kitabkapocrypha:
1. Apocalypse of Peter
2. Protoevangelium of James
3. Acts of Paul and Thecla
4. Gospel of Peter
5. The Testaments of the Twelve Patriarchs
6. Acts of Peter and Paul
7. Gospel of Thomas
8. Acts of Thomas
9. Acts of Thaddaeus
10. Acts of Andrew
11. Acts of Xanthippe and Polyxena
12. Acts of John
13. Acts of Philip
14. Apocalypse of Paul
15. Gospel of Nicodemus
16. The Doctrine of Addai
17. Assumption of Mary
18. History of Joseph the Carpenter
19. Gospel of Pseudo-Matthew
20. Acts of Barnabas
21. Acts of Bartholomew
22. Acts and Martyrdom of St. Matthew the Apostle
23. Arabic Gospel of the Infancy of the Saviour (Al Tufuliyah)
24. Avenging of the Saviour
25. Apocalypse of John
26. Apocalypse of Moses
27. Apocalypse of Esdras
28. Testament of Abraham
29. Narrative of Zosimus
30. Gospel of the Nativity of Mary
31. Narrative of Joseph of Arimathea
32. Report of Pontius Pilate
33. Letter of Pontius Pilate
34. Giving Up of Pontius Pilate
35. Death of Pilate
36. Apocalypse of the Virgin
37. Apocalypse of Sedrach
38. Acts of Andrew and Matthias
39. Acts of Peter and Andrew
40. Consummation of Thomas the Apostle
Meski “dikesampingkan”, Kristen Koptik, Ortodoks Rusia, dan Ortodoks Yunani menerima sebagian kitab-kitab apocrypha, dan sebagian yang mereka terima antara satu denominasi dan lainnya berbeda-beda.
Sebagai informasi, bibel adalah istilah yang mencakup seluruh kitab-kitab suci agama Yahudi dan Nasrani, termasuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ahlu Kitab dapat juga mencakup konteks mereka yang meyakini bibel ini, yakni Yahudi dan Nasrani.
Mengenai kisah Nabi Isa alaihissalam berbicara dalam buaian terdapat di dalam Al Quran dan Assunnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“…Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,’” [QS. Maryam: 29-30]
“…Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh. ” [QS. Ali Imran: 46-47]
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;” [QS. Al Ma’idah: 110].
Sementara itu di dalam Assunnah disebutkan:
Telah bercerita kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Jarir bin Hazim] dari [Muhammad bin Sirin] dari [Abu Hurairah radliallahu ‘anhu] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada bayi yang bisa berbicara saat masih dalam buaian kecuali tiga orang.’
Dalam hadis diriwayatkan Imam Bukhari [3181] yang panjang di atas, Rasulullah menyebutkan tiga tokoh; Nabi Isa alaihissalam, Juraij, dan seorang bayi yang berkata, “”Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti dia” tatkala ibunya mendoakan agar Allah menjadikan bayinya tersebut kelak menjadi seperti pemuda yang dilihat ibunya itu, oleh sebab pemuda itu adalah seorang diktator kejam dan bengis.
Adapun dalam literasi Nasrani, sebagaimana yang telah disebutkan di awal, kisah tersebut terdapat dalam Injil al Tufuliyah atau disebut juga Syriac Infancy Gospel, sebuah kitab “apocrypha” yang dinisbatkan pada “Injil” dari abad 5 atau 6 M, kitab yang tidak dimasukkan ke dalam 27 kitab kanon agama Nasrani. Disebutkan:
Kita menemukan apa yang termaktub di dalam kitab Yusuf sang imam besar, yang hidup pada zaman Kristus. Beberapa mengatakan bahwa dia adalah Kayafas. Dia telah mengatakan bahwa Yesus berbicara, dan, sungguh, ketika dia berbaring di buaian-nya berkata kepada Maria ibu-nya: Aku adalah Yesus, Anak Allah, Logos, yang telah engkau bawa keluar, seperti yang disampaikan Malaikat Jibril kepadamu; dan Ayahku telah mengutus aku untuk keselamatan dunia.
Berdasarkan narasi di atas, dapat kita ketahui bahwa penyusun kitab ini meyakini teologi trinitas. Maka, manuskrip ini disusun paska Konsili Nicea pada tahun 325 M, sebuah konsili dimana Trinitas keluar dari embrio dan tumbuh sebagai ortodoksi. Maka kita dapati Konsili Nicea pada tahun 325 M (abad 4 M) sebagai terminus a quo ditulisnya Injil al Tufuliyah. Menetapkan terminus a quo (batas waktu paling awal sebuah probabilitas terjadinya suatu peristiwa) ini vital untuk mengukur kapan manuskrip ini muncul sekaligus berkaitan dengan tuduhan bahwa Rasulullah menjiplak Injil sebagaimana nanti akan kita simak bersama Insya Allah.
Adapun ucapan Nabi Isa alaihissalam saat masih dalam buaian dapat kita simak melalui firman Allah ‘Azza wa Jalla:
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. [QS. Maryam: 30-33]
Injil al Tufuliyah ini konon masyhur di kalangan Nasrani Nestorian, dan orientalis mengaitkan Nestorianisme ini sebagai denominasi Nasrani yang diyakini oleh Waraqah bin Naufal.

Kemudian, apakah Syriac Infancy Gospel (Injil al Tufuliyah) di atas adalah “inspirasi” bagi Rasulullah untuk menulis Al Quran sebagaimana dituduhkan oleh para orientalis dan penginjil sekaligus sejarawan? Atau dalam kata lain, apakah Al Quran menjiplak manuskrip umat terdahulu?
Jawabannya adalah bahwa manuskrip Injil terjemahan bahasa Arab tertua ditulis pada tahun 867 M, dua abad lebih setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Sidney H Griffith melakukan penelitian mengenai munculnya Injil al Tufuliyah ini, dan mengatakan bahwa manuskrip terjemahan Perjanjian Baru (sering dikaitkan dengan Injil) berbahasa Arab yang paling tua terdapat dalam koleksi Gereja St. Catherine di Gunung Sinai. Manuskrip yang juga diidentifikasi sebagai Sinai Arabic MS 151 ini diterjemahkan oleh Bisr Ibn as-Sirri di Damaskus di bulan Ramadhan pada tahun 253 H, atau 867 M. Sementara terjemahan berbahasa Arab dari manuskrip Injil kanon (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan kode MS 72 ditulis oleh Stephen of Ramalah pada tahun 284 H, atau 897 M. Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pada tahun 632 M.

Menariknya, terjemahan berbahasa Arab dari Perjanjian Lama (dikaitkan dengan Taurat) juga baru muncul pada abad 9 M dan baru selesai dikompilasi secara utuh pada tahun 1008 M.
Lalu siapa yang menulis Injil al Tufuliyah?
Sebagaimana Injil lainnya, kebanyakan atau bahkan mayoritas manuskrip Injil penulisnya adalah tidak dikenal. Ini bukanlah pandangan penulis atau pandangan seorang muslim atau ateis, melainkan pandangan yang datang dari sarjana dan peneliti otoritatif dari umat kristen. Menisbatkan sebuah karya terhadap seorang tokoh besar tidak selalu berarti tokoh itulah yang menulisnya oleh sebab adanya ketidaksesuaian antara satu copy dan copy yang lainnya, dan juga jarak waktu yang panjang antara tokoh tersebut dengan kemunculan/penyusunan manuskrip tersebut. Seputar penulisan Injil ini dapat disimak melalui pemaparan Dr Bart Ehrman, pakar, peneliti, dan sarjana Perjanjian Baru dari AS yang berfokus pada aspek historis Yesus dan perkembangan Nasrani awal (sebelum Konsili Nicea 325 M). Wacana mengenai tema semisal juga dapat disimak melalui pemaparan Dr Ali Ataie.
Anggapan bahwa Al Quran menjiplak manuskrip kuno umat terdahulu bukan saja kesimpulan yang salah, namun sudah keliru dari premis-premis yang dibangun, dan menyelisihi bukti-bukti yang melimpah. Sebaliknya, Al Quran memberikan fakta dan dan keyakinan sebenar-benarnya mengenai Al Masih Isa alaihissalam (Kristologi).
Wallahu A’lam
Referensi
Al Qur’an Al Karim
Shahih Al Bukhari
Tafsirq.com
Is The Bible Really The Source Of The Qur’ân? Islamic Awareness
The first Gospel of the INFANCY of JESUS CHRIST. https://www.sacred-texts.com/bib/lbob/lbob07.htmBandingkan dengan:
The Arabic Gospel of the Infancy of the Saviour. http://www.newadvent.org/fathers/0806.htm
Christian Apocrypha and Early Christian Literature. The Infancy Gospel of Thomas. http://gnosis.org/library/inftomb.htm
Infancy Gospel of Thomas. https://en.wikipedia.org/wiki/Infancy_Gospel_of_Thomas
Syriac Infancy Gospel https://en.wikipedia.org/wiki/Syriac_Infancy_Gospel
Parallelism: Talking Baby Jesus. https://wikiislam.net/wiki/Parallelism:_Talking_Baby_Jesus
New Testament Apocrypha. https://en.wikipedia.org/wiki/New_Testament_apocrypha
Katolisitas.org
Apocrypha Book List. https://www.kingjamesbibleonline.org/Apocrypha-Books-List/
Bible Through a Muslim Lens – Dr. Ali Ataie https://www.youtube.com/watch?v=DobuKP9Tu1k&list=PLLN02x1UwIfKuOd1659c9gliQJtz2NBZt
Is The New Testament Reliable? Bart Ehrman. https://www.youtube.com/watch?v=b-cZncVmtIU&t=673s